Nama : Herman Pelani Sandu Mata
Kuliah :
Civic Education
NIM : 11731025 Dosen Pengampu : Amalia Irfani, S.Sos.I, M.Si
Kelas : A/ Komunikasi Penyiaran Islam
Budaya Kaum Muda Nongkrong di Cafe
Perubahan Pergaulan yang terjadi dari tahun ke tahun menimbulkan
beberapa Fenomena Sosial, Salah satunya adalah fenomena menjamurnya kafe di
kota Pontianak, di kota ini eksistensi kafe mulai diperhitungkan bagi anak anak
muda. Umumnya, kafe di sini sebagai tempat bertatap muka atau ‘tempat ketiga’,
baik itu dengan keluarga, teman ataupun rekan bisnis. Di satu sisi, keberadaan
Kota Pontianak sebagai titik sentral berbagai kegiatan perekonomian. Tidak
dipungkiri, pembuktian ini kian berpengaruh terhadap kehidupan malam anak-anak
muda di kota ini, seperti nongkrong dan hangout. Hal ini dipahami sebagai
bentuk tuntutan globalisasi yang berdampak signifikan terhadap cara hidup
masyarakat. Salah satunya adalah kebutuhan untuk ajang sosialisasi dengan
komunitasnya. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan masyarakat perkotaan pun
mulai mengalami perubahan gaya hidup. Salah satunya, manifestasi gaya hidup
saat ini adalah kebiasaan nongkrong di kafe bagi kelompok masyarakat tertentu.
Gaya hidup yang mengalir melalui secangkir kopi menjadikan kafe
sebagai pilihan gaya hidup yang bisa didapatkan, diisi ulang, atau bahkan
ditingkatkan. Berbagai pilihan yang ditawarkan ‘tempat ngopi’ menjadikan orang
memiliki beragam pilihan gaya hidup baru yang lebih cair, dan disadari atau
tidak menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga kecenderungan untuk terikat
pada kegiatan ini pun cukup tinggi. Keberadaan orang memilih kafe sebagai
tempat ketiga dengan berbagai alasan tentu menjadi fenomena yang menarik dan
berdampak bagi kehidupan sosial kita, terutama soal perubahan gaya hidup, pola
konsumsi, dan bentuk interaksi yang terjadi. Seakan menjadi hal yang lumrah
ketika orang-orang memindahkan kegiatan sehari-hari mereka ke kafe seperti
mengetik, membaca, mengobrol bersama teman, ataupun sekedar mencari hiburan.
Keberadaan kafe dalam keseharian masyarakat Kota Pantianak
khususnya bagi anak muda telah mendapat posisi tersendiri sebagai salah satu
alternatif memanfaatkaoon waktu luang ataupun tujuan yang lebih penting.
Berbagai hal mungkin saja terjadi di dalamnya oleh setiap individu yang datang
ikut memberikan kontribusi terhadap proses konsumsi ruang kafe dewasa ini. Pola
konsumsi ruang yang terjadi pun dapat berubah seiring mengalirnya selera, motif
dan berbagai kepentingan bagi setiap pelaku di dalamnya. Tidak hanya itu,
perubahan ruang kafe dan gaya hidup juga ikut mempengaruhi bahkan mengubah pola
konsumsi serta motif individu dalam mengunjungi kafe.
Penyebab
Anak Muda Nongkrong di Kafe
Faktor
Kenyamanan
Saat ini keberadaan kafe bukan lagi sekedar pemuas dahaga atau rasa
lapar. Melainkan bagi sebagian anak muda, kafe merupakan sarana untuk membangun
kehidupan sosialnya, baik itu nongkrong atau yang biasa disebut meet up,
bergaul ataupun sekedar mengaktualisasikan gaya hidupnya. Terlebih, gaya hidup
nongkrong di kafe dapat menaikkan prestise mereka. Melalui berbagai alasan,
mengapa orang suka datang dan nongkrong ke kafe. Namun, satu hal yang pasti,
mereka betah berlama-lama karena konsep suasana yang cozy, mengandung
keakraban, terlebih jenis camilan ringan atau minuman yang disajikan lebih
bervariatif. Tentunya, ini jika kafe yang dipilih sesuai dengan harapan para
konsumennya.
Media
Aktualisasi
Diri Sebagai anak muda, mengikuti tren yang ada merupakan suatu
bentuk aktualisasi diri yang dilakukan untuk membentuk konsep diri mereka
terhadap orang lain. Selain faktor kenyaman dan pengaruhnya terhadap gaya
hidup, bentuk aktualisasi diri juga merupakan bagian dari satu kebutuhan yang
wajib dipenuhi. Salahnya satunya adalah kebiasan anak muda untuk nongkrong di
kafe yang erat kaitannya dengan bagian dari kebutuhan aktualisasi diri mereka.
Dapat dilihat, bagi sebagian anak muda kebutuhan nongkrong atau
pergi ke kafe berbeda dengan kebutuhan orang-orang dewasa yang umumnya hanya
untuk mengonsumsi kopi ataupun hanya sebatas melepas penat, atau bertemu rekan
bisnisnya. Untuk anak muda saat ini, pergi dan nongkrong di kafe merupakan
sebuah budaya populer tersendiri di mana ketika berada di dalam kafe tersebut
selain membeli makan dan minuman tetapi juga membeli nilai-nilai prestise yang
ditimbulkan dari kepopuleran budaya ngafe tersebut sehingga tak jarang anak
muda masa kini nongkrong di kafe hanya untuk memperoleh status sosial yang
dianggap tinggi oleh orang lain.
Tindakan meng-update status ketika berada di kafe saat ini sudah
banyak dan sering dilakukan oleh anak muda masa kini sehingga kita
menganggapnya tindakan yang wajar, namun jika diteliti lebih mendalam itu
adalah sebuah pengungkapan diri di mana beberapa kelompok anak muda dalam
gambar tersebut ingin dilihat dan diapresiasi oleh orang lain. Selain foto diri
dan bersama teman yang diunggah ke media sosial, juga banyak anak muda
beraktualisasi diri dengan mengunggah foto produk dari sebuah kafe yang dibeli
dengan menampilkan sebuah brand.
Perilaku mengunggah poto makanan atau minuman dengan menampilkan
brand kafe yang cukup terkenal banyak dilakukan oleh anak muda saat ini, dengan
mengunggah poto brand tersebut mereka seperti ingin memberitahukan kepada orang
banyak bahwa mereka sedang berada di sebuah tren yang sedang happening yaitu
nongkrong di kafe. Lebih lanjut, keragaman bentuk dan fungsi kafe bagi anak
muda tidak hanya dilihat berdasarkan jenis makanan atau minuman yang
ditawarkan, tetapi individu yang ada beserta kegiatan yang terjadi di dalamnya
ikut mempengaruhi proses konsumsi dewasa ini.
Pada akhirnya, perilaku nongkrong anak muda di kafe menjadi faktor
pendukung gaya hidup seseorang dalam kaitannya dengan perilaku mengonsumsi
ruang kafe. Terbentuknya iklim nyaman, suasana pendukung seperti kesan yang
merepresentasikan jiwa muda, penambahan desain bar, cenderung atraktif,
tersedianya fasilitas Wi-Fi, dan juga berpendingin ruangan menjadi faktor yang
mempengaruhi perilaku anak-anak muda untuk menjadikan kafe sebagai tempat
nongkrong favoritnya. Kehadiran kesan yang modern, begitupun tata ruang,
pemilihan warna yang tepat, aksesoris pendukung dengan berbagai konsep
(vintage) menambah kesan homey yang memaksa setiap pengunjung betah untuk
berlama-lama di dalam ruang kafe tersebut. Sejatinya, nuansa homey sengaja
diciptakan agar pengunjung yang datang merasakan seperti berada di rumah
sendiri dengan pengalaman dan kebiasaan yang berbeda.
Kesimpulan
1.
Persepsi
anak-anak muda terhadap merebaknya kafe kerap diasosiasikan menjadi bagian dari
gaya hidup. Fenomena merebaknya kafe diberbagai sudut Kota Pontianak merupakan
jawaban atas keberadaan serta eksistensi anak muda yang menjadikannya sarana
pelepasan hasrat, selera, serta ajang pembentukan budaya serta gaya hidupnya.
Keberadaannya pun menjadi sarana baru konsumsi bagi anak muda yang sekaligus
sebagai bentuk distinction (jarak) antara kelas dominan dengan kelas lainnya.
2.
Baik secara
fungsional kafe tidak hanya sebagai tempat menikmati kopi, tempat bertemu muka
atau nongkrong belaka, melainkan kafe saat ini sarat di maknai telah mengalami
pergeseran nilai guna (use values) yang mengarah pada nilai tanda (sign
values). Bukan lagi terletak pada kebutuhan fungsional masingmasing individu di
dalamnya, melainkan berbagai motif dan kepentingan yang sifatnya lebih personal
menjadi bagian dari proses konsumsi ruang kafe tersebut. Pada akhirnya, pola
konsumsi juga mengalami pergeseran seiring pesatnya beragam eksterioritas yang
saat ini memenuhi ruang dan tempat kafe sebagai kemasan yang unik, modern,
terlebih mencitrakan setiap individu yang ada di dalamnya.
Nongkrong di Cafe yang menjadi Budaya bagi kaum Muda
4/
5
Oleh
Herman Pelani Sandu