Senin, 29 Januari 2018

Nongkrong di Cafe yang menjadi Budaya bagi kaum Muda





Nama   : Herman Pelani Sandu                       Mata Kuliah                : Civic Education
NIM    : 11731025                                          Dosen Pengampu        : Amalia Irfani, S.Sos.I, M.Si
Kelas   : A/ Komunikasi Penyiaran Islam

Budaya Kaum Muda Nongkrong di Cafe
Perubahan Pergaulan yang terjadi dari tahun ke tahun menimbulkan beberapa Fenomena Sosial, Salah satunya adalah fenomena menjamurnya kafe di kota Pontianak, di kota ini eksistensi kafe mulai diperhitungkan bagi anak anak muda. Umumnya, kafe di sini sebagai tempat bertatap muka atau ‘tempat ketiga’, baik itu dengan keluarga, teman ataupun rekan bisnis. Di satu sisi, keberadaan Kota Pontianak sebagai titik sentral berbagai kegiatan perekonomian. Tidak dipungkiri, pembuktian ini kian berpengaruh terhadap kehidupan malam anak-anak muda di kota ini, seperti nongkrong dan hangout. Hal ini dipahami sebagai bentuk tuntutan globalisasi yang berdampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat. Salah satunya adalah kebutuhan untuk ajang sosialisasi dengan komunitasnya. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan masyarakat perkotaan pun mulai mengalami perubahan gaya hidup. Salah satunya, manifestasi gaya hidup saat ini adalah kebiasaan nongkrong di kafe bagi kelompok masyarakat tertentu.
Gaya hidup yang mengalir melalui secangkir kopi menjadikan kafe sebagai pilihan gaya hidup yang bisa didapatkan, diisi ulang, atau bahkan ditingkatkan. Berbagai pilihan yang ditawarkan ‘tempat ngopi’ menjadikan orang memiliki beragam pilihan gaya hidup baru yang lebih cair, dan disadari atau tidak menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga kecenderungan untuk terikat pada kegiatan ini pun cukup tinggi. Keberadaan orang memilih kafe sebagai tempat ketiga dengan berbagai alasan tentu menjadi fenomena yang menarik dan berdampak bagi kehidupan sosial kita, terutama soal perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan bentuk interaksi yang terjadi. Seakan menjadi hal yang lumrah ketika orang-orang memindahkan kegiatan sehari-hari mereka ke kafe seperti mengetik, membaca, mengobrol bersama teman, ataupun sekedar mencari hiburan.
Keberadaan kafe dalam keseharian masyarakat Kota Pantianak khususnya bagi anak muda telah mendapat posisi tersendiri sebagai salah satu alternatif memanfaatkaoon waktu luang ataupun tujuan yang lebih penting. Berbagai hal mungkin saja terjadi di dalamnya oleh setiap individu yang datang ikut memberikan kontribusi terhadap proses konsumsi ruang kafe dewasa ini. Pola konsumsi ruang yang terjadi pun dapat berubah seiring mengalirnya selera, motif dan berbagai kepentingan bagi setiap pelaku di dalamnya. Tidak hanya itu, perubahan ruang kafe dan gaya hidup juga ikut mempengaruhi bahkan mengubah pola konsumsi serta motif individu dalam mengunjungi kafe.


Penyebab Anak Muda Nongkrong di Kafe
Faktor Kenyamanan
Saat ini keberadaan kafe bukan lagi sekedar pemuas dahaga atau rasa lapar. Melainkan bagi sebagian anak muda, kafe merupakan sarana untuk membangun kehidupan sosialnya, baik itu nongkrong atau yang biasa disebut meet up, bergaul ataupun sekedar mengaktualisasikan gaya hidupnya. Terlebih, gaya hidup nongkrong di kafe dapat menaikkan prestise mereka. Melalui berbagai alasan, mengapa orang suka datang dan nongkrong ke kafe. Namun, satu hal yang pasti, mereka betah berlama-lama karena konsep suasana yang cozy, mengandung keakraban, terlebih jenis camilan ringan atau minuman yang disajikan lebih bervariatif. Tentunya, ini jika kafe yang dipilih sesuai dengan harapan para konsumennya.
Media Aktualisasi
Diri Sebagai anak muda, mengikuti tren yang ada merupakan suatu bentuk aktualisasi diri yang dilakukan untuk membentuk konsep diri mereka terhadap orang lain. Selain faktor kenyaman dan pengaruhnya terhadap gaya hidup, bentuk aktualisasi diri juga merupakan bagian dari satu kebutuhan yang wajib dipenuhi. Salahnya satunya adalah kebiasan anak muda untuk nongkrong di kafe yang erat kaitannya dengan bagian dari kebutuhan aktualisasi diri mereka.
Dapat dilihat, bagi sebagian anak muda kebutuhan nongkrong atau pergi ke kafe berbeda dengan kebutuhan orang-orang dewasa yang umumnya hanya untuk mengonsumsi kopi ataupun hanya sebatas melepas penat, atau bertemu rekan bisnisnya. Untuk anak muda saat ini, pergi dan nongkrong di kafe merupakan sebuah budaya populer tersendiri di mana ketika berada di dalam kafe tersebut selain membeli makan dan minuman tetapi juga membeli nilai-nilai prestise yang ditimbulkan dari kepopuleran budaya ngafe tersebut sehingga tak jarang anak muda masa kini nongkrong di kafe hanya untuk memperoleh status sosial yang dianggap tinggi oleh orang lain.
Tindakan meng-update status ketika berada di kafe saat ini sudah banyak dan sering dilakukan oleh anak muda masa kini sehingga kita menganggapnya tindakan yang wajar, namun jika diteliti lebih mendalam itu adalah sebuah pengungkapan diri di mana beberapa kelompok anak muda dalam gambar tersebut ingin dilihat dan diapresiasi oleh orang lain. Selain foto diri dan bersama teman yang diunggah ke media sosial, juga banyak anak muda beraktualisasi diri dengan mengunggah foto produk dari sebuah kafe yang dibeli dengan menampilkan sebuah brand.
Perilaku mengunggah poto makanan atau minuman dengan menampilkan brand kafe yang cukup terkenal banyak dilakukan oleh anak muda saat ini, dengan mengunggah poto brand tersebut mereka seperti ingin memberitahukan kepada orang banyak bahwa mereka sedang berada di sebuah tren yang sedang happening yaitu nongkrong di kafe. Lebih lanjut, keragaman bentuk dan fungsi kafe bagi anak muda tidak hanya dilihat berdasarkan jenis makanan atau minuman yang ditawarkan, tetapi individu yang ada beserta kegiatan yang terjadi di dalamnya ikut mempengaruhi proses konsumsi dewasa ini.
Pada akhirnya, perilaku nongkrong anak muda di kafe menjadi faktor pendukung gaya hidup seseorang dalam kaitannya dengan perilaku mengonsumsi ruang kafe. Terbentuknya iklim nyaman, suasana pendukung seperti kesan yang merepresentasikan jiwa muda, penambahan desain bar, cenderung atraktif, tersedianya fasilitas Wi-Fi, dan juga berpendingin ruangan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku anak-anak muda untuk menjadikan kafe sebagai tempat nongkrong favoritnya. Kehadiran kesan yang modern, begitupun tata ruang, pemilihan warna yang tepat, aksesoris pendukung dengan berbagai konsep (vintage) menambah kesan homey yang memaksa setiap pengunjung betah untuk berlama-lama di dalam ruang kafe tersebut. Sejatinya, nuansa homey sengaja diciptakan agar pengunjung yang datang merasakan seperti berada di rumah sendiri dengan pengalaman dan kebiasaan yang berbeda.
Kesimpulan
1.      Persepsi anak-anak muda terhadap merebaknya kafe kerap diasosiasikan menjadi bagian dari gaya hidup. Fenomena merebaknya kafe diberbagai sudut Kota Pontianak merupakan jawaban atas keberadaan serta eksistensi anak muda yang menjadikannya sarana pelepasan hasrat, selera, serta ajang pembentukan budaya serta gaya hidupnya. Keberadaannya pun menjadi sarana baru konsumsi bagi anak muda yang sekaligus sebagai bentuk distinction (jarak) antara kelas dominan dengan kelas lainnya.


2.      Baik secara fungsional kafe tidak hanya sebagai tempat menikmati kopi, tempat bertemu muka atau nongkrong belaka, melainkan kafe saat ini sarat di maknai telah mengalami pergeseran nilai guna (use values) yang mengarah pada nilai tanda (sign values). Bukan lagi terletak pada kebutuhan fungsional masingmasing individu di dalamnya, melainkan berbagai motif dan kepentingan yang sifatnya lebih personal menjadi bagian dari proses konsumsi ruang kafe tersebut. Pada akhirnya, pola konsumsi juga mengalami pergeseran seiring pesatnya beragam eksterioritas yang saat ini memenuhi ruang dan tempat kafe sebagai kemasan yang unik, modern, terlebih mencitrakan setiap individu yang ada di dalamnya.

Related Posts

Nongkrong di Cafe yang menjadi Budaya bagi kaum Muda
4/ 5
Oleh